Langsung ke konten utama

PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PULAU - PULAU KECIL


Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan sumberdaya alam yang produktif seperti terumbukarang, padang lamun (seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi serta juga memberikan jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang dimilikinya yang dapat menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak, pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih belum optimal akibat perhatian dan kebijakan Pemerintah selama ini yang lebih berorientasi ke darat.Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.
Sebagian sinar inframerah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. gas-gas rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah aktivitas manusia. Temperatur global rata-rata setiap tahunan tampak meningkat. seperti pada diagram berikut (Anonim, 2004).                                            

                             

Pemanasan global memberi ancaman serius pada pulau-pulau kecil di Indonesia. Dampak yang paling ditakutkan dari pemanasan global adalah tenggelamnya pulau-pulau kecil di Indonesia. Padahal, Indonesia dengan lebih dari 13.000 pulau, sebagian besar diantaranya merupakan pulau-pulau kecil.Pemanasan global atau dalam bahasa Inggris disebut global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan. Pemanasan ini diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan.Salah satu dampak dari pemanasan global adalah mencairnya es abadi di kutub. Mencairnya es di kutub ini berakibat pada naiknya permukaan air laut. Muka laut yang menjadi lebih tinggi dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia.Pemanasan global pun memberi dampak pada kerusakan terumbu karang. Ini mengingat terumbu karang sangat rentan akan perubahan suhu di laut. Rusaknya terumbu karang pun memberikan dampak yang serius bagi pulau-pulau di Indonesia.Terumbu karang mempunyai banyak manfaat, yang salah satunya sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi. Terumbu karang membentengi pantai dan pulau dari gerusan gelombang dan arus laut. Sehingga jika terumbu karang rusak, salah satunya akibat pemanasan global, maka hilang lah pelindung pantai dan pengikisan pantai akan lebih cepat terjadi. Karena proses itu tidak tertutup kemungkinan pulau-pulau kecil akan jadi tenggelam dan habis terkikis gelombang dan arus laut.Ancaman serius pemanasan global terhadap keberlangsungan pulau-pulau kecil ini telah menjadi perhatian serius berbagai pihak. Bahkan UNEP (United Nations Environment Programme; Badan Lingkungan Hidup Dunia) mengangkatnya menjadi tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2014. Tema tersebut adalah “Raise your voice, not the sea level” yang disesuaikan di Indonesia menjadi “Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim”.Pulau-pulau kecil di Indonesia sebenarnya memegang peranan penting bagi Indonesia. Tidak hanya dari segi lingkungan hidup dan ekonomi belaka. Pulau-pulau tersebut terkait erat dengan kedaulatan negara. Hilangnya sebuah pulau kecil, apalagi pulau terluar Indonesia, dapat merubah garis batas negara. Hilangnya sebuah pulau kecil bisa jadi berpindahnya berpuluh-puluh kilometer persegi wilayah negara Indonesia ke tangan negara lain.Selama ini darah kita kerap mendidih acap kali terdengar usaha-usaha pencaplokan wilayah Indonesia oleh negara lain. Namun, tanpa berbuat sesuatu pun untuk mengurangi dampak pemanasan global, berarti tanpa sadar kita telah membiarkan kedaulatan bangsa dan negara di caplok bangsa lain. Ya, pemanasan global mengancam pulau-pulau kecil Indonesia sekaligus mengancam kedaulatan negara dan bangsa Indonesia.Penyebab Pemanasan Global
  • Efek rumah kaca

Proses terjadinya efek rumah kaca dapat dijelaskan melalui gambar berikut. Dalam rumah kaca  (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara yang mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca sebagian dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca (Gealson,2007).  


                                           

Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya. Perhatikan gambar berikut (Gealson,2007).  

                                           

Matahari merupakan sumber energi utama dari setiap sumber energi yang terdapat di bumi. Energi matahari sebagian terbesar dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Energi ini mengenai permukaan bumi dan berubah dari cahaya menjadi panas. Permukaan bumi kemudian menyerap sebagian panas sehingga menghangatkan bumi, dan sebagian dipantulkannya kembali ke luar angkasa. Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida dan metana di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi inframerah etap terperangkap di atmosfer bumi, kemudian gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat terjadi berulang sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gambar berikut  menunjukkan bagaimana terjadinya pemanasan global (Gealson,2007).                                     
    
                               

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca pada atap rumah kaca. Makin meningkat konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, makin besar pula efek panas yang terperangkap di bawahnya.Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet bumi akan menjadi sangat dingin lebih kurang -18°C, sehingga sekuruh permukaan bumi akan tertutup lapiesan es. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan efek rumah kaca. Akan tetapi jika gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka akan terjadi sebaliknya dan mengakibatkan pemanasan global. 
  • Efek balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik yang dihasilkannya, seperti  pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan lebih meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Keadaan ini menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air absolut di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia CO2 yang panjang di atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden and Held, 2005).Selain penguapan, awan diduga menjadi efek balik. Radiasi infra merah akan dipantulkan kembali ke bumi oleh awan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sementara awan tersebut akan memantulkan pula sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Secara detail hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke 4). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat (Soden and Held, 2005).Efek balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya  oleh es. Lapisan es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat ketika temperatur global meningkat. Bersamaan dengan mencairnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Kejadian ini akan menambah faktor penyebab pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, sehingga menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Thomas, 2001).Faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap pemanasan global adalah efek balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost). Selain itu, es yang mencair juga akan melepas CH4 yang juga dapat menimbulkan umpan balik positif.Laut memiliki kemampuan ekologis untuk menyerap karbon di atmosfer. Fitoplankton mampu menyerap karbon guna kelangsungan proses fotosintesis. Tetapi kemampuan ini akan berkurang jika laut menghangat yang diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton (Buesseler, et al, 2007).
  • Variasi matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari. Suatu hipotesis  menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik, 2000). Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer. sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Hegerl, et al. 2007, Ammann, et al, 2007).  Hasil penelitian menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 2535% antara tahun 1980 dan 2000 (Scafetta and West, 2006). Selanjutnya menurut Stott (2003) bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari, mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga tidak diperhitungkan. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekadedekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.Peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 menurut Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100. Dengan menggunakan model iklim, perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10 ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi menanggulangi permasalahan yang terjadi saat ini. 

Daftar Pustaka

Ammann, Caspar, et al. (2007). "Solar influence on climate during the past millennium: Results from ransient simulations with the NCAR Climate Simulation Model". Proceedings of the National Academy of Sciences of the  United States of America 104 (10): 3713-3718. 

Anonimous, 2004. Temperatur Rata-rata Global 1860 sampai 2000. tersedia dalam http//id.wikipedia.org/wiki. Pemanasan_Global#search column-one

Buesseler, K.O., C.H. Lamborg, P.W. Boyd, P.J. Lam, T.W. Trull, R.R. Bidigare,J.K.B. Bishop, K.L. Casciotti, F. Dehairs, M. Elskens, M. Honda, D.M. Karl, D.A. Siegel, M.W. Silver, D.K. Steinberg, J. Valdes, B. Van Mooy, S. Wilson. (2007) "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone." Science 316: 567-570. 

Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom;
What’s up with global warming?, National Wildlife Federation. URL diakses 22-01-2008


Hegerl, Gabriele C. et al. Understanding and Attributing Climate Change. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 1011-2008  

IPCC. 2007. Summary for Policymakers. In: Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group 1 to the Fourth Assesment Report of the Intergovermental Panel on Climate Change [Solomon, S.,D. Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor and H.L Miller (eds.)]. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, USA.

Marsh, Nigel, Henrik, Svensmark (2000). "Cosmic Rays, Clouds, and Climate" Space Science Reviews 94: 215-230. URL diakses pada 11-11-2008.

Scafetta, Nicola, West, Bruce J. (2006). "Phenomenological solar contribution to the 1900-2000 global surface warming". Geophysical Research Letters 33 (5). URL diakses pada 10-11-2008. 

Soden, Brian J., Held, Isacc M. (2005). "An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models". Journal of Climate 19(14). URL diakses pada 10-11-2008.  

Stott, Peter A., et al. (2003). "Do Models Underestimate the Solar Contribution to Recent Climate Change?". Journal of Climate 16 (24): URL diakses pada 1011-2008.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPULAUAN KEI Kepulauan Kai, begitulah sebutan Pulau tempat leluhurku dilahirkan besar dan hidup dan hadirlah aku. Pada zaman dahulu masa penjajahan Portugis, Belanda dan sebagainya yang pernah sampai ke Kepulauan ini mereka mengenal Kepulauan ini sebagai Kepulauan Kai ( Archipelgo Kai ). Terdapat sebuah cerita (fakta atau mitos entahlah) karena, cerita ini bukan lagi hal tabu untuk diceritakan... Asal muasal panggilan Kepulauan Kai mulai dari masa penjajahan terdapat orang asing (orang bule) yang sampai di kepulauan Kei, mereka menanyakan kepada penduduk setempat, apa nama pulau ini, pada saat yang sama, penduduk setempat pun tidak mengetahui bahasa yang digunakan orang asing tersebut, dan penduduk setempat dengan respon yang sangat cepat dan gesit menjawab KAI yang dalam bahasa daerah di Kepulauan Kei artinya Tidak Tau. jadi? KAI artinya Tidak Tau. (sekarang? kamu sudah tau) hahaha 😂 Kepulauan kei adalah salah satu kepulauan yang terletak di tenggara Provins...

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PESISIR DAN PULAU_PULAU KECIL

Subandono (2009), Dengan kenyataan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan jumlah pulau-pulau kecil yang cukup besar, maka Indonesia termasuk negara yang memiliki kerentanan yang sangat tinggi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, kemampuan untuk memperkirakan dampak perubahan iklim serta upaya  -  upaya mitigasi dan adaptasinya perlu dimiliki oleh Indonesia. Kemampuan ini menjadi suatu keharusan mengingat besarnya peranan laut dalam mengantisipasi perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi saat ini sangat memberi dampak pada kawasan pesisir dan laut, dimana pada kawasan tersebut terdapat ekosistem yang kompleks seperti hutan mangrove, batu karang dan rawa payau. Pada berbagai ekosistem tersebut, pemanasan global mempengaruhi sifat-sifat fisik, biologi dan biokimia laut dan pesisir sehingga merubah struktur ekologis, fungsi dan penyediaan barang serta jasa yang diberikan oleh laut dan pesisir. Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim m...